Memperingati Haul Bung Karno ke 50
Memkanai Haul Bung Karno ke 50 Oleh Yayasan Pendidikan Soekarno dan Universitas Bung Karno Dengan Bersyukur dan Bersabar
Dalam tradisi dan budaya masyarakat Indonesia mengenal dan akrab dengan kegiatan haul. Tradisi haul dalam rangka untuk mengenang perjuangan seorang tokoh seperti wali, alim ulama dan tokoh masyarakat yang sekaligus pejuang dan pengabdiannya selalu diingat oleh masyarakat.
Dalam rangka mengenang jasa perjuangan dari Buung Karno sebagai tokok pergerakan nasional, Penggali Pancasila, Proklamator Kemerdekaan Bangsa Indonesia, Presiden Republik Indonesia Pertama, dan Bapak Bangsa pada hari Sabtu, 20/6/2020 sore, bertempat di Kediaman Ibu DR (HC) Hj. Rachmawati Soekarnoputri, SH., MH., Jalan Jatipadang Raya 54, Jakarta Selatan melaksanakan peringatan Haul ke 50 Bung Karno yang wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.
Haul kali ini dihadiri Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) dan Sekjend Partai Gerindra Bapak H. Ahmad Muzaini, Kapusdiklat Bela Negara Kementrian Pertahanan, Brigjen TNI Kartiko Wardani, M. Tr (Han) , Dirum Puspomad, Brigjen TNI Sudirman, Ketua Umum Yayasan Pendidikan Soekarno, M. Marhendra Putra, SH., MH., Rektor UBK, Dr. Didik Suhariyanto, SH., MH., para wakil rektor dan kalangan umum.
Setelah pembukaan acara masuk pada acara utama Haul Bung Karno yaitu membaca Suart Yaa Siin dan tahlil, dilanjutkan dengan tausiah dan doa bersama yang di pimpin oleh Ustad Aminudin. Memasuki acara sambutan diawali pidato sambutan dari Ketua Dewan Pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno, yang menyampaikan: “Tradisi memperingati haul Bung Karno sudah lama dilakukan, sejak Bung Karno wafat tahun 1970 dilakukan di Blitar di Kediaman Bung Karno di Blitar. Bulan Juni sebagai bulan Bung Karno karena pada 1 Juni 1945 kita memperingati Hari Lahir Pancasila, ketika Bung Karno menyampaikan Pancasila di depan Sidang BPUPK. Bulan Juni juga ditandai hari lahir Bung Karno yaitu 6 Juni 1901. Bagi Bangsa Indonesia nama Bung Karno tidak bisa dihilangkan dari sejarah berdirinya Republik Indonesia. Beliau sebagai bapak pendiri Republik Indonesia, The Founding Fathers kita dan juga sebgai Penggali Pancasila. Pancasila sebagai Dasar Negara kita merupakan Philosofische Groundslag, Bung Karno lebih senang dikatakan sebagai Penyambung Lidah Rakyat. Oleh karena itu pada hari ini kita memperingati hari wafatnya Bung Karno. Sebelumnya juga saya sebagai pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno pada tanggal 11 Juni 1999 mendirikan UBK yang kemudian diresmikan oleh Presiden BJ. Habibie pada tanggal 25 Juni 1999 di Istana Merdeka. Kita semua sebagai makhluknya Sang Khalik harus bisa mengejawantahkan habluminallah dan habluminannas. Bung Karno selama masa hidupnya sudah mengamalkan habluminallah dan habuluminnas. Beliau selalu mengajarkan tentang bagaimana kita semua ini sebagai umat Allah harus bisa menjalankan habluminanas dan habluminallah. Pikiran-pikiran dan ajaran beliau sudah mendunia. Beliau menyampaikan gagasan bahwa kita hidup secara damai dan berdampingan diseluruh dunia. Sedangkan dari Wakil Ketua MPR, H. Ahmad Muzaini menyampaikan: “Sesuatu yang mesti kita syukuri sebagai Bangsa adalah memiliki figure yang sepertinya masih terasa hidup, meskipun beliau telah 50 tahun wafat. Pemikiran Soekarno begitu menggema, pemikirannya begitu original, dan pemikirannya begitu relevan dalam situasi bangsa saat ini. Di dunia internasional nama Soekarno begitu bergema. Bung Karno bukan hanya miliki Indonesia tapi milik dunia. Konferensi Asia Afrika (KAA) gemannya begitu besar, menginspirasi bangsa-bangsa di Asia-Afrika untuk merdeka. Kita harus terus menggelorakan cita-cita Bung Karno dari semangat Asia-Afrika untuk mensuport dan Palestina sebagai negara yang merdeka. Di dalam negeri Bung Karno amat tinggi penghargaanya kepada kemanusiaan, sehingga beliau berkali-kali menyampaikan dalam pidato-pidatonya dalam menghargai hubungan antar manusia. Cita-cita Bung Karno adalah menciptakan keadilan dan kesejahteraan sosial yang itu menjadi janji dari kemerdekaan kita dan itu harus diwujudkan terus karena mengapa Bung Karno dengan Pancasila, kita terus bersatu meskipun berbeda-beda latar belakang, berbeda-beda suku, agama, ras dan golongan. Itu tidak boleh membedakan sesuatu yang membedakan kita. Agama jangan dipersandingkan dengan Pancasila dan Pancasila juga jangan diperbandingkan dengan agama, karena agama bukanlah Pancasila, Pancasila bukan agama. Kita adalah substanza yang bersatu, berkonsensus dalam Pancasila sebagai sebuah negara. Saya kira amanat itu harus kita pertahankan terus dan saya bersyukur pentingnya Pancasila harus dijaga dalam kehidupan bernegara meskupun dari sudut pandang yang berbeda-beda karena itu saya makin yakin dan optimis bahwa Pancasila dan Bangsa Indonesia memiliki harapan yang kuat dan lebih baik lagi. Saya berharap teruslah gali pemikiran dari para pendiiri negeri ini, para founding fathers kita ini termasuk Ir. Soekarno yang merupakah tokoh proklamator untuk supaya kita bisa mengerti apa dan maksud kita menjadi negeri yang merdeka, apa dan maksud tentang Pancasila, agar kita memiliki cita-cita yang sama dengan para pendiri bangsa”.
Selesai acara sambutan-sambutan di lanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh Ibu Hj. Rachmawati yang diserahakan kepada Brigjen TNI Kartiko Wardani, M. Tr (Han) , Brigjen TNI Sudirman, dan Rektor UBK. Acara ditutup dengan ramah tamah dan santunan kepada anak yatim-piatu.